16 Jan 2011

Indonesiaku sayang Indonesiaku malang

Siapa sih yang gak kenal sama negara kepulauan terbesar di dunia? Negara dengan garis pantai terpanjang di dunia? Negara yang menjadi jujugan penjajah karena kekayaan rempah-rempahnya? Yah, Indonesia. Negara tercinta kita. Kita patut bersyukur karena dilahirkan di Negeri ini. Dengan segala kekayaan alamnya, kesuburannya dan kekayaan budayanya kita seharusnya menjadi bangsa yang sangat besar, bahkan mungkin menjadi negara adidaya. Tapi, kenapa tidak? Adakah yang salah dengan negara ini? Untuk menjawab pertanyaan itu, mungkin sangat relatif karena faktor kemajuan suatu bangsa ditentukan dari berbagai sudut. Tapi semua pasti setuju kalau salah satu faktor itu adalah kualitas sumber daya manusianya. Bukan hanya kualitas skill tapi juga kualitas moral. Bagaimana tidak, sejak era orde baru sampai era reformasi ini, korupsi masih merajalela bak virus yang siap menginfeksi siapa saja. Dari sini kita bisa menilai kualitas skill rakyat Indonesia. Mereka sangat ahli dalam urusan menggelap-gelapkan. Mereka sangat ahli dalam urusan suap-menyuap, bukan skill yang positif pastinya. Tapi bagaimana dengan kualitas moral kita? Nihil. Moral sebagian rakyat Indonesia menunjukkan keterbelakangan. Tengok saja kasus yang saat ini sedang hangat-hangatnya. Siapa lagi kalau bukan Gayus Tambunan. Pegawai pajak golongan III A yang bisa kaya raya dan mempunyai rumah mewah. Bagaimana bisa?? Disinilah kualitas skill menujukkan perannya. Tapi sayang kualitas skill (yang negatif)diikuti kualitas moral yang bahkan lebih dari sekedar terbelakang. Bagaimana seorang tahanan yang seharusnya mendekam dalam penjara bisa pelesir ke Bali bahkan ke luar negeri?? Jauh sebelum itu yang patut dipertanyakan bagaimana seorang Gayus bisa membawa lari sebegitu banyak uang dari kantor pajaknya?? Parahnya lagi hal ini dilakukan oleh pegawai yang seharusnya menunjukkan kredibilitas tinggi karena digaji jauh di atas rata-rata gaji pegawai di negeri ini. Sungguh suatu mental yang supraterbelakang, lebih dari sekedar terbelakang. Dari sini mungkin timbul pertanyaan, bagaimana seorang tahanan bisa keluar jalan-jalan? sementara untuk keluar tahanan saja, bagi seorang tahanan, adalah hal yang sangat sulit dilakukan, apalagi keluar negeri, jika tanpa bantuan dari pihak luar dan dalam. Lagi-lagi kualitas moral yang patut dipertanyakan, tidak hanya pada seorang Gayus tapi kepada seluruh elemen yang seharusnya menjaga agar seorang tahanan tetap berada di dalam sel dan di dalam negeri. Tapi sebuah pepatah mengatakan uang adalah segalanya. Uang bisa membutakan mata hati. Uang bisa merontokkan sumpah setia untuk mengabdi kepada bangsa. Dari situ kita bisa membuat kesimpulan bahwa jika seseorang dalam tahanan yang mempunyai banyak uang pasti akan bisa pelesir ke Bali dan ke luar negeri seperti Gayus. Bukan tidak mungkin akan muncul Gayus-Gayus yang lain yang akan semakin memperparah keterbelakangan mental bangsa kita. Jadi untuk menjawab pertanyaan, bagaimana negara yang sebesar ini dan sekaya ini, menjadi bangsa yang miskin? Tanyalah diri kita sendiri. Bagaimanakah kualitas skill kita? Dan yang lebih penting lagi bagaimanakah kualitas moral kita? Berkualitaskah? Atau malah terbelakangkah?
Semoga tulisan ini bisa menjadi renungan bagi kita semua.
Hello! If you have not signed, subscribe to our RSS feed to receive our email updates, or follow us on Twitter.
Name: Email:

0 Comments:

Posting Komentar