18 Feb 2011

24

Hari ini, 18 Februari 2011. Tepat 24 tahun yang lalu, untuk pertama kalinya aku membuka mata. Untuk pertama kalinya juga aku menghirup udara. Karena di hari itulah aku dilahirkan ke dunia. 24 tahun bukanlah waktu yang singkat. Berliku-liku jalan sudah saya lewati. Banyak hal yang terjadi dalam rentang waktu 24 tahun, fase dimana bagi semua orang, adalah fase untuk mencari kedewasaan. Kedewasaan yang oleh sebagian orang sering dibandingkan lurus dengan usia. Hal yang sebenarnya masih perlu diragukan. Banyak orang yang bertingkah kekanak-kanakan dikala usia mereka sudah diklaim dewasa, demikian juga sebaliknya. Yah, kedewasaan bukan diukur dari banyaknya usia tapi dari kedewasaan pikiran. Tetapi, lazimnya seseorang yang sudah berusia banyak akan diikuti oleh dewasanya pemikiran mereka, karena mereka telah melalui proses pendewasaan yang cukup panjang. Lalu, apakah usia 24 sudah bisa dikatakan dewasa? Bisa iya bisa juga tidak. Karena seperti yang sudah dibicarakan diatas, ukuran kedewasaan bukan dari usia tapi dari pemikiran. Kemudian muncul lagi sebuah pertanyaan, apa yang telah saya dapatkan dalam kurun 24 tahun ini? Jawabannya, banyak. Tapi menunjang proses pendewasaan atau tidak? tunggu dulu. Menilai diri sendiri memang sangat sulit, bahkan sesuatu hal yang sangat tidak mungkin. Jika kemudian muncul sebuah penilaian dari diri sendiri, bisa dipastikan penilaian itu akan bersifat subjektif. Tetapi untuk menilai pengalaman hidup yang menunjang proses pendewasaan adalah hal yang mudah untuk dilakukan bahkan secara tidak sengaja pun bisa. Bagaimana caranya? Tengok ke belakang. Jika saya menengok ke belakang, sudah banyak kejadian yang saya alami. Mulai dari pengalaman menjalin persahabatan, pertemanan, pertemuan, perpisahan, sesuatu yang menguras adrenalin dan tentu saja percintaan. Berbicara soal percintaan, bukan hal yang mudah untuk memahaminya. Sampai sekarang pun saya kesulitan untuk memahaminya meskipun sudah banyak sekali pengalaman yang saya dapatkan dari situ. Kegagalan masih kerap melanda. Tetapi itu sebenarnya bukanlah hal yang menyakitkan. Justru dari situlah proses pendewasaan kita muncul. Saya berpegang pada sebuah pepatah yang kemudian saya jadikan prinsip dalam hidup saya. Bukan hanya prinsip dalam percintaan tetapi juga dalam segala hal.
"Tidak penting berapa kali saya terjatuh, yang lebih penting adalah seberapa sering saya bangkit untuk melanjutkan kehidupan seperti sedia kala"
Bangkit dari jatuh, mungkin suatu hal yang sangat sulit sekali untuk dilakukan. Tapi dari situlah saya mendapatkan sebuah nilai dari proses pendewasaan. Sering kita mendengar banyak orang yang mengakhiri hidup mereka karena sebuah kegagalan. Entah kegagalan dalam pekerjaan, pendidikan atau percintaan. Saya pun tidak habis pikir, apa yang ada dalam pikiran mereka sehingga mereka lebih memilih mengakhiri semuanya ketimbang memulainya kembali dari awal. Yah mungkin hanya mereka dan Tuhan yang tahu.Tapi itu jelas sangat bertentangan dengan prinsip hidup saya.
Saya mempunyai sebuah analog tentang sebuah kehidupan. Saya menganalogkan sseorang pembalap. Sirkuit balap mungkin sama dengan jalan hidup kita. Adakalanya kita berjalan lurus. Adakalanya juga kita harus mengerem mendadak, berbelok ke kiri ke kanan dst. Seorang pembalap pasti mempunyai teknik dalam melibas tikungan yang disebut Racing Lane. Sebuah garis imajiner yang menggambarkan teknik seorang pembalap dalam melewati tikungan. Racing lane bukanlah sebuah garis yang sengaja dibuat untuk memandu seorang pembalap melainkan sebuah garis yang muncul dari intuisi pembalap tersebut. Racing lane diambil seorang pembalap untuk menjaga akselerasi mereka agar tidak terlalu lama dalam melewati tikungan. Inilah yang kemudian saya analogikan dalam kehidupan. Dalam melewati sebuah kehidupan yang berliku, kita pun harus mempunyai Racing lane yang menggambarkan teknik kita dalam melibas masalah dalam hidup kita. Kita harus selalu menjaga akselerasi kita dalam melewati rintangan agar kita tidak terlalu berlarut-larut dalam meratapi kegagalan. Layaknya seorang pembalap yang mengambil racing lane untuk berakselerasi setelah keluar dari tikungan, kita pun harus berakselerasi secepatnya untuk keluar dari masalah. Dalam hidup, kita sebut saja Life Lane. Sebuah teknik untuk menjaga akselerasi kita dalam melewati lika-liku kehidupan.
Itulah sekelumit kisah tentang saya dan kehidupan saya selama 24 tahun di dunia ini. Semoga kita, atau setidaknya saya, bisa mengambil pelajaran dari tulisan di atas.
Sebagai penutup, saya mengucapkan pada diri saya sendiri, Selamat Ulang Tahun yang ke 24. Semoga di usia yang semakin bertambah ini tingkat kedewasaan saya juga semakin bertambah. Amin..



Hello! If you have not signed, subscribe to our RSS feed to receive our email updates, or follow us on Twitter.
Name: Email:

2 Comments:

Anonim mengatakan... at 18 Februari 2011 pukul 11.14

Haappyy Bez'day Cizna..
Wish U all d'best..
Moga Tambah Dewasa en Lebih Memaknai Arti Hidup Sesungguhnya...
Amien ya Rabb... ^_^

Krizna mengatakan... at 2 Mei 2011 pukul 10.48

Makasih mooo.. hehe..

Posting Komentar